“HIJAB MODIS” BUKAN “HIJAB SYAR’I”
oleh : Dita Pamungkas
Perempuan
merupakan makhluk yang acapkali dijadikan komodifikasi dalam suatu masyarakat,
apa saja yang ada pada diri perempuan dianggap sebagai sesuatu yang memiliki
nilai. Saat ini kita dihadapkan pada suatu fenomena menjamurnya
perempuan-perempuan dengan label busana syar’i, sayangnya syar’i di sini
memiliki makna yang majemuk bergantung pada si pemberi makna itu sendiri. Salah
satu gejala fashion mode pada
perempuan yang sedang trend saat ini adalah penggunaan hijab.
Hijab
secara bahasa adalah penghalang. Pada hakikatnya hijab lebih sering merujuk
kepada kerudung yang digunakan oleh wanita muslim. Namun dalam keilmuan Islam,
hijab lebih tepat merujuk kepada tatacara berpakaian yang pantas sesuai dengan
tuntunan agama. Namun, pada masyarakat Indonesia saat ini hijab mengalami
penyempitan makna, hijab diartikan sebagai penutup kepala dengan beragam gaya
dan tata cara memakainya yang membuat seorang perempuan muslimah lebih terlihat
modis, “kekinian”, dan tidak jarang tanpa mempertimbangkan landasan syar’i
terkait makna hijab itu sendiri.
Selain
itu tujuan dari penggunaan hijab di kalangan muslimah pun sudah mulai bergeser.
Saat pertama kali perintah menutup aurat diturunkan, seluruh perempuan pada
zaman Rasulullah dengan sigap mencari kain penutup untuk menutupi tubuhnya dari
atas hingga bawah dengan tujuan menjalankan perintah Allah SWT, kemudian pada
tahun ’80an kita tahu bahwa di Indonesia ada pelarangan penggunakan hijab baik
dilingkungan sekolah maupun di
kantor-kantor pemerintahan. Atas perjuangan orang-orang dizaman itu akhirnya
seluruh perempuan muslim di Indonesia mendapat kebebasan untuk berhijab hingga
saat ini.
Namun
kebebasan berhijab tidak dibarengi dengan pemahaman akan makna hijab itu
sendiri, banyak yang berhijab karena mengikuti trend masa kini, akhirnya mereka
tidak tahu makna penggunaan hijab yang sesungguhnya. Yang mereka tahu hijab
hanya sebagai penutup kepala tanpa memerhatikan kriteria pakaian muslimah yang
mereka pakai.
Berangkat
dari makna yang dikonstruksikan oleh segelintir orang terkait hijab, salah satu
yang paling fenomenal adalah Dian Pelangi. Dian pelangi selalu menggaung - gaungkan
terkait tentang hijab modis nya yang “kekinian” dan trendi, dengan tujuan agar
pengguna hijab tidak monoton dan bisa digunakan oleh perempuan-perempuan yang
awalnya malu menggunakan hijab karena
terkesan jadul. Tujuan nya memang baik, namun pada kenyataan kita tahu bahwa
model-model hijab yang dikeluarkan Dian Pelangi hanyalah penutup
kepala, dengan pakaian yang tidak jarang ketat dan membentuk lekukan tubuh
serta dengan warna-warna yang mencolok sesuai dengan namanya “Pelangi”.
Untuk
awalan metode dakwah semacam ini memang baik, namun jika terus menerus memiliki
pemahaman seperti ini yang ada adalah hijab hanya sekedar fashion belaka,
sehingga bisa jadi aturan Islam dikalahkan dengan mode perkembangan zaman. Karena
bagi saya jilbab modis yang dikenal saat ini bukanlah hijab syar’I (syar’I =
jilbab yang sesuai dengan aturan Islam).
Kriteria
pakaian yang sesuai dengan syariat Islam diantaranya adalah menutup seluruh
tubuh kecuali wajah dan telapak tangan, tidak transparan/tidak tipis, tidak
membentuk lekukan tubuh, tidak berwarna mencolok yang dapat menarik perhatian
orang lain, tidak isbal (panjang hingga menyeret ke tanah), sementara makna
tersebut sepertinya telah tergeser oleh makna yang digaungkan trendsetter Hijab
saat ini.
Selain
kelompok hijab modis atau lebih terkenal dengan sebutan hijabers ada pula
komunitas hijab syar’i. Dalam akun facebooknya komunitas ini mengajak perempuan
yang belum berhijab untuk segera berhijab, bagi yang sudah berhijab di syar’I
kan dan bagi yang sudah syar’I maka syiarkanlah kepada perempuan-perempuan
muslim lainnya. Sama seperti tujuan dibentuknya komunitas hijabers, tujuan dari
munculnya komunitas hijab syar’I pun baik. Namun jika munculnya
komunitas-komunitas semacam ini terkait tentang hijab maka dikhawatirkan akan
muncul komunitas-komunitas tandingan yang baru dengan model atau pemahaman
hijab yang berbeda pula. Padahal aturan berhijab sudah dijelaskan dalam
al-qur’an sehingga tidak perlu diperdebatkan lagi.
Untuk
perempuan-perempuan Indonesia yang baru berhijab, maka jadikanlah hijab modis
sebagai awalan untuk menggunakan hijab yang sesuai dengan aturan Islam. Maka,
tidak salah juga penggunaan hijab modis saat ini jika si pengguna terus belajar
dan mau terus memperbaiki diri dengan mengenal Islam lebih jauh lagi.
Dikhawatirkan
pula trend hijab yang ada saat ini bukan lah sebuah kemajuan melainkan
kemunduran pola berpikir. Maka belajar dan terus belajar adalah hal yang paling
tepat agar budaya tidak mudah menggeser aturan yang datangnya dari Allah.
Wallahu’alam
Komentar
Posting Komentar